Sejumlah astronom mengingatkan, puing roket luar angkasa yang hancur setelah menabrak atmosfer dan kembali ke darat bisa membunuh manusia, bahkan risikonya semakin meningkat.
Diolah dari New York Post, Selasa (12/7/2022), di masa depan mungkin roket bakal masuk daftar alasan manusia untuk melihat ke atas langit sebelum menyeberang jalan atau melakukan apa saja di luar ruangan.
Bagaimanapun, risiko ini didorong oleh perlombaan para milarder yang ingin menguasai luar angkasa, sehingga terlahirlah penerbangan luar angkasa komersial, hingga penggunaan teknologi satelit.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di Nature Astronomy memperingatkan, penerbangan luar angkasa komersial hingga penggunaan teknologi satelit ini sangat mungkin hancur oleh pesawat ruang angkasa yang jatuh.
Para astronot memperkirakan risikonya hampir 10 persen bahwa roket yang jatuh bebas memang akan membunuh seseorang di daratan selama dekade berikutnya.
Kendati demikian, risiko ini meningkat tergantung di mana seseorang menginjakkan tanah, terutama bagi mereka yang berada di Global South yang cenderung melihat proporsi lebih besar dari sampah antariksa karena rotasi Bumi dan cara peluncuran roket.
"Ini adalah risiko yang rendah secara statistik, tetapi itu tidak dapat diabaikan, dan mengalami peningkatan. Tetapu, benar-benar dapat dihindari," penulis utama studi Michael Byers, yang juga seorang profesor ilmu politik di University of British Columbia, mengatakan kepada The Verge.
“Jadi, haruskah kita mengambil langkah-langkah yang tersedia untuk menghilangkan risiko korban? Saya pikir jawabannya harus ya,” ujar Byers.
Roket dibangun untuk hancur berantakan saat mereka mendorong diri menjauh dari planet ini, dan beberapa puingnya akhirnya mengambang di ruang angkasa (mengancam astronot) sementara potongan lainnya turun kembali ke Bumi.
Saat pesawat ruang angkasa melewati setiap atmosfer, mereka melepaskan komponen yang digunakan dalam berbagai tahap, yang terdiri dari tangki bahan bakar, booster, dan bagian lain yang hanya diperlukan selama peluncuran awal.
Itulah salah satu alasan mengapa sebagian besar peluncuran dilakukan di dekat garis pantai, sehingga rongsokan roket jatuh dengan selamat ke laut.
Ketakutan akan malapetaka ini menjadi terlalu nyata pada tahun 2020, ketika pipa sepanjang 12 meter dan lebih banyak puing dari roket Long March 5B China jatuh di Pantai Gading Afrika, mendarat di dua desa, untungnya tidak membunuh siapa pun.
Hal sama hampir terjadi lagi tahun lalu, ketika bagian roket China setinggi 30 meter, yang beratnya 20 metrik ton, meluncur melewati kota-kota termasuk New York dan Madrid sebelum akhirnya mendarat di Samudra Hindia. Insiden itu menginspirasi penelitian Byers dan timnya.
Sementara itu. SpaceX milik Elon Musk telah mencari pendekatan yang lebih ekonomis untuk penerbangan luar angkasa, dengan memandu bagian-bagian tertentu kembali ke zona yang dapat diambil di mana mereka dapat digunakan kembali untuk peluncuran lain.
Namun, dia masih harus menyelesaikan masalah, sebab pada tahun 2015, salah satu peluncuran mereka membuang dua tangki bahan bakar seukuran lemari es, yang keduanya mendarat di Indonesia.
Analisis dari 30 peluncuran roket terakhir mengungkapkan bahwa kota-kota termasuk Jakarta, Mexico City dan Lagos setidaknya tiga kali lebih mungkin kejatuhan sampah roket jika dibandingkan dengan kota-kota di utara khatulistiwa, seperti New York City, Washington, DC, atau Beijing.
“Risiko pada tingkat individu sangat kecil, tetapi jika Anda tinggal di kota berpenduduk padat di 30 derajat lintang utara, maka itu harus lebih menjadi perhatian Anda,” jelas Byers.
https://techno.okezone.com/read/2022/07/12/56/2628250/risiko-puing-roket-luar-angkasa-membunuh-penduduk-jakarta-semakin-meningkat?page=2
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments